Mitos dan Fakta tentang Penerjemah
Pernahkah Anda berpikir seperti ini?
- Penerjemah adalah orang-orang yang terlihat di TV sedang membisikkan sesuatu ke telinga para presiden atau pemimpin perusahaan.
- Penerjemah bukan suatu profesi yang bisa dianggap serius, siapa pun bisa melakukannya.
- Jika seseorang menguasai dua bahasa atau lebih, maka dia mampu menerjemahkan.
- Kita tidak lagi membutuhkan penerjemah sebab sudah ada Google Translate atau aplikasi lainnya.
- Semua penerjemah menerjemahkan dari dan ke dalam bahasa ibu mereka. Dengan kata lain, semua penerjemah melakukan penerjemahan dua arah.
- Para penerjemah menguasai banyak bahasa.
- Para penerjemah mampu menerjemahkan semua jenis teks dalam bahasa-bahasa yang mereka kuasai.
- Penerjemah bukannya hanya menerjemahkan buku?
- Semua hasil terjemahan bisa diterima selama terjemahan tersebut dapat dimengerti.
Diterjemahkan oleh
Cecilia Liando | Ismiyati Hasiru | Muhammad Taufiq Akbar | Nazmi Rif'at | Ramdan Lamato | Vidia Melinda Abas
Isi Benak Seorang Penerjemah
Jika Anda membedah dan menengok ke dalam benak para penerjemah, Anda mungkin akan menemukan beberapa hal yang serupa, terlepas dari usia, kewarganegaraan, atau latar belakang budaya setiap penerjemah yang berbeda-beda.
Pertama, kami mencintai bahasa dan menguasai setidaknya satu bahasa asing, bahkan banyak dari kami menguasai lebih dari dua bahasa. Kami juga sangat senang menulis dan berkomunikasi. Selain itu, kami sangat bangga atas peran kami sebagai para pekerja kata (wordsmith) atau orang yang pandai merangkai kata untuk menghasilkan berbagai jenis dokumen, lembaran data, konten, teks pemasaran, pesan, serta hasil tulisan lainnya.
Tidak seperti para juru bahasa yang bekerja menggunakan bahasa lisan, seorang penerjemah biasanya bekerja dalam keheningan. Keheningan seorang penerjemah hanya terpecahkan oleh bunyi papan ketik (keyboard) dan pikiran yang menjalar ke mana-mana.
Dibekali dengan pengetahuan dari setidaknya dua budaya berbeda, kami termasuk orang-orang berpikiran terbuka yang mau mempertimbangkan ide-ide baru karena kami sadar bahwa ada lebih dari satu perspektif dalam melihat segala hal di dunia ini.
Coba Anda bayangkan para penerjemah sebagai para pemburu informasi. Kami selalu ingin tahu dan sangat gemar membaca. Kami juga sangat senang mengumpulkan berbagai informasi tentang teks serta belajar hal-hal baru saat menerjemahkan. Oleh sebab itu, kemungkinan besar kami adalah orang-orang yang Anda inginkan sebagai rekan setim Anda saat ada acara kuis di tempat hiburan terdekat. Seringkali, kami juga memiliki spesialisasi dalam bidang-bidang tertentu.
Para penerjemah adalah orang-orang perfeksionis yang sangat memperhatikan detail. Dalam pekerjaan, hal ini merupakan sebuah keuntungan, namun kami seringkali mengalami kesulitan untuk mengendalikan kebiasaan ini dalam kehidupan sehari-hari.
Anda mungkin pernah pergi bersama teman Anda yang berprofesi sebagai penerjemah ke restoran atau bioskop dan memperhatikan bagaimana ia sangat mempersoalkan menu restoran yang salah dieja atau takarir (subtitle) yang salah diterjemahkan.
Kami menganggap kebiasaan memperhatikan hal-hal detail semacam itu sebagai sesuatu yang menyenangkan. Mungkin bagi Anda hal ini bukan sesuatu yang amat menyenangkan, namun kebiasaan demikian merupakan salah satu karakteristik unik yang dimiliki seorang penerjemah!
Sekilas Pandang
Apa yang para penerjemah lakukan saat memulai pekerjaan mereka?
Jawaban pertama yang selalu kami sampaikan adalah melihat konteks karena konteks sangatlah penting bagi penerjemah.
Masyarakat di berbagai penjuru dunia punya banyak tujuan untuk berkomunikasi, mulai dari menjual dagangan dan mengiklankannya, mendidik, memberi informasi, berbagi, bercerita, dan menginspirasi.
Jika pesan tersebut hanya ditulis dalam bahasa dan budaya mereka, jangkauannya terbatas. Namun, kehadiran seorang penerjemah dapat menembus batasan perbedaan tersebut dan menjembatani proses komunikasi.
Penerjemah adalah penghubung antara penulis dan pembaca.
Di situlah pentingnya kemampuan menerjemahkan. Penerjemah tidak “hanya” sekadar menguasai bahasa sumber dan bahasa sasaran. Lewat menerjemahkan, penerjemah juga memberi nuansa dan napas baru ke dalam teks terjemahan.
Setiap hari, penerjemah di dunia sibuk dengan tugasnya masing-masing. Ada yang sibuk mengerjakan naskah jumpa pers suatu LSM dan ada pula yang sedang menerjemahkan panduan sebuah aplikasi ponsel yang sangat menarik. Ada penerjemah yang tengah menyelesaikan terjemahan dokumen hak paten mesin waktu, ada yang mungkin sedang menerjemahkan novel terbaru J.K. Rowling. Ada yang mungkin sedang menerjemahkan takarir untuk Laskar Pelangi ke bahasa Mongolia, sedangkan yang lain sibuk mengerjakan terjemahan katalog komponen mesin cuci piring, brosur wisata ke bulan, wawancara dengan Angelina Jolie di sebuah festival film, dan kontrak seorang pesepakbola internasional yang pindah ke negara lain. Saat ini, beberapa rekan kami bahkan tengah mengerjakan proyek terjemahan produk masker guna memerangi pandemi.
Singkatnya, penerjemah mengerjakan semua teks yang erat kaitannya dengan kehidupan manusia.
Namun, penerjemah harus melakukan lebih dari sekadar mengganti kata-kata dari bahasa sumber dengan kata-kata dari bahasa sasaran. Mungkin penerjemahan kata per kata seperti ini bisa dilakukan untuk daftar sederhana yang memuat nama negara atau nama benda. Akan tetapi, teks apa pun yang lebih kompleks dari daftar semacam itu bisa dikatakan seperti makhluk hidup karena setiap teks memiliki fungsi, gaya, dan aturan tersendiri. Ketelitian diperlukan untuk menerjemahkan teks yang demikian, sehingga menghasilkan terjemahan yang terdengar alami di telinga para pembaca. Proses penerjemahan itu bukan hanya sekadar memilih kata yang tepat. Penerjemah juga perlu memikirkan hal lainnya, mulai dari rangkaian kalimat dan paragraf sampai gagasan yang membentuk suatu kesatuan sehingga teks sumber dan teks sasaran mendengungkan pesan yang sama. Hal ini termasuk juga pilihan judul lalu pengaturan berbagai satuan bahasa serta adaptasi pesan ke bentuk yang bisa sama sekali baru dalam bahasa sasaran.
Penerjemah dituntut mampu membongkar, mengkaji, merekonstruksi, menulis ulang, dan mengadaptasi suatu teks ke budaya bahasa sasaran.
Dengan kata lain, menerjemahkan adalah meramu kata sehingga tercipta suatu teks yang seolah ditulis oleh seorang penutur jati bahasa sasaran untuk para pembaca yang membaca dalam bahasa tersebut.
Hanya dengan cara ini, pembaca mampu memahami seluruh isi teks dan menerima pesan yang ingin disampaikan.
Para penerjemah yang baik ibarat ninja yang bisa tiba-tiba hilang tanpa disadari. Kami menggunakan kemampuan menerjemahkan kami lalu menghilang tanpa meninggalkan bukti jejak kaki yang menunjukkan bahwa kami baru saja selesai bekerja.
Penerjemahan dan Teknologi
Tak diragukan lagi, seperti industri mana pun di abad ke-21, industri penerjemahan dipengaruhi oleh teknologi yang terus berkembang. Masa-masa di mana dokumen diterima di kantor pos dan hasil terjemahan diketik menggunakan mesin tik serta dihapus oleh Tippex kini tinggal kenangan.
Para penerjemah saat ini melek teknologi dan tahu bagaimana cara menggunakan komputer dengan optimal sehingga kami dapat bekerja dengan cepat, efektif, dan akurat.
Para penerjemah menggunakan surel (email) untuk menerima dan mengirimkan dokumen. Selain itu, Internet sangatlah penting bagi riset kami.
Selama lebih dari dua puluh tahun, para penerjemah umumnya menggunakan perangkat lunak penerjemahan berbantuan komputer (computer-assisted translation tools atau CAT tools) untuk membagi dan mengatur teks, serta menyimpan memori terjemahan, dari kata satuan sampai kalimat utuh.
Google Translate (GT) mungkin sudah tak asing lagi di telinga Anda. Barangkali Anda sudah tahu faktanya bahwa hasil terjemahan GT bisa sangat buruk, tetapi GT juga merupakan alat yang luar biasa bagi banyak orang. Jika Anda adalah seorang nenek berbahasa Hungaria yang sedang berkomunikasi dengan cucu perempuannya yang berbahasa Irlandia, maka GT sangatlah berguna untuk membantu Anda memahami inti pesan. Bagi penerjemah, mesin penerjemahan (machine translation – MT) dapat membantu mengurangi beban kerja, mengolah teks, dan menghasilkan teks hasil terjemahan dengan berbagai jenis pendekatan (kualitas terjemahan tergantung bahasa yang digunakan). Seringkali, para penerjemah manusia lalu memperlancar alur dan meluweskan gaya bahasa hasil terjemahan mesin. Proses ini dikenal di industri penerjemahan sebagai pasca-penyuntingan (post-editing).
Dengan sinergi baru antara manusia dan komputer ini, berarti ada lebih banyak konten yang diterjemahkan lebih cepat dari sebelumnya.
Namun, ada banyak penerjemah yang tidak pernah menggunakan mesin penerjemah karena menganggap mesin penerjemahan menimbulkan lebih banyak masalah daripada memberikan solusi. Ini semua tergantung teks, topik, kombinasi bahasa, dan perangkat lunak yang digunakan. Untuk saat ini, mesin penerjemahan masih tidak terlalu berguna untuk penerjemahan kreatif, pemasaran, atau sastra.
Selain itu, para penerjemah mungkin menggunakan perangkat lunak untuk mengerjakan takarir film, membaca hasil terjemahan (teknologi text-to-speech), memeriksa tata bahasa dan ejaan, mengatur dokumen untuk penerbitan desktop (desktop publishing), mengatur basis data dan penjualan, melacak alur kerja, dan mengurus penagihan.
Dengan kata lain, kami melihat teknologi sebagai kawan, bukan lawan. Teknologi meningkatkan produktivitas yang dapat meningkatkan pendapatan. Namun untuk saat ini, perannya sudah cukup jelas. Singkatnya, kami tidak berbaring terjaga pada malam hari dan merasa takut bahwa kami akan digantikan oleh robot.
Rutinitas Harian Seorang Penerjemah
Anda boleh bertanya kepada beberapa penerjemah, “Apa yang kamu butuhkan untuk bekerja?” Para penerjemah tersebut kemungkinan akan memberi jawaban yang sama: seperangkat komputer yang dilengkapi dengan berbagai teknologi yang telah disebutkan di bagian sebelumnya. Selain itu, ada penerjemah yang membutuhkan beberapa buku referensi jadul tetapi amat berguna untuk bekerja. Banyak dari kami juga gemar menyeruput secangkir kopi atau teh sembari menerjemahkan. Beberapa penerjemah senang bekerja ditemani kucing atau anjing peliharaan.
Penerjemah biasanya bekerja seorang diri, bukan bekerja berkelompok. Meskipun demikian, kami menikmati cara kerja seperti ini. Dalam spektrum introver dan ekstrover, ada penerjemah yang lebih introver atau ekstrover. Namun, kami semua memiliki satu kesamaan, yaitu sangat menyukai kata-kata dan apa yang bisa kami hasilkan saat kami merangkai kata.
Sebagian besar penerjemah yang bekerja dengan bahasa-bahasa yang paling banyak digunakan di dunia (bahasa Spanyol, Prancis, Jerman, Jepang, dll.) biasanya hanya menerjemahkan ke dalam bahasa ibu mereka. Alasannya adalah pengetahuan bahasa asing seorang penerjemah bisa saja sangat baik, namun sangat jarang bisa sempurna seperti penutur jati. Sementara itu, para penerjemah bahasa-bahasa seperti bahasa Vietnam, Hungaria, Hausa (Nigeria), Tagalog (Filipina), atau Quechua (Peru) biasanya melakukan penerjemahan dua arah, dari dan ke dalam bahasa tersebut.
Para penerjemah dapat bekerja dengan agensi terjemahan, atau berhubungan langsung dengan klien pengguna jasa. Dalam kondisi bagaimanapun, pekerjaan berawal dari sebuah teks yang muncul dalam jumlah kata yang bervariasi, mulai dari slogan-slogan pendek sebanyak tiga kata, hingga disertasi berjumlah 100.000 kata.
Akan tetapi, teks yang akan diterjemahkan harus berada di bidang ilmu yang kami kuasai dengan baik. Hanya sedikit penerjemah bidang medis yang bersedia menerjemahkan teks hukum dan begitu pun sebaliknya. Banyak pula penerjemah yang berfokus dalam bidang-bidang lain, misalnya bidang teknis, ilmiah, kreatif, artistik, sastra, dan akademik. Masing-masing penerjemah cenderung lebih memilih untuk menekuni beberapa bidang spesialisasi tertentu.
Saat menerima teks terjemahan, hal pertama yang kami lakukan adalah membaca sekilas isi teks, melakukan riset, dan kemudian mulai membayangkan gagasan-gagasan dalam teks yang akan diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran dengan kata-kata yang jelas dan berterima.
Selanjutnya, kami mulai menerjemahkan teks, memeriksanya, melakukan revisi lalu memeriksanya lagi, berdiskusi dengan klien, dan akhirnya memoles hasil terjemahan. Memang, penerjemahan merupakan pekerjaan yang cukup melelahkan, tetapi hasilnya tetap harus terlihat sempurna. Setidaknya, hasil seperti itulah yang akan diusahakan oleh para penerjemah profesional yang bertanggung jawab, walaupun banyaknya produk terjemahan buruk yang beredar menunjukkan bahwa tidak semua penerjemah mau melakukan tahap berlapis-lapis untuk memastikan tidak ada kesalahan pada hasil terjemahan.
Sebagai pekerja lepas sekaligus pemilik usaha kecil, kami juga perlu bersiap-siap untuk setiap tantangan yang mungkin muncul. Misalnya, berbagai teks bisa datang kapan saja secara bersamaan dari banyak klien, sementara masing-masing teks memiliki tenggat waktu berbeda dalam zona waktu yang berbeda pula.
Para penerjemah mungkin bekerja dengan kecepatan berbeda-beda, tetapi setiap dari kami tetap harus mengetahui berapa jumlah kata yang mampu kami terjemahkan dalam satu jam atau satu hari.
Hari-hari kami hampir tidak pernah monoton dan membosankan karena kami menjumpai tantangan yang beraneka ragam dan mengalami kejadian yang berbeda-beda setiap harinya.
Sebagai penerjemah, kami terbiasa melakukan beberapa hal sekaligus dengan baik.
Berbagai Pilihan Lokasi Kerja
Salah satu hal paling menyenangkan untuk para penerjemah yang bekerja di abad ke-21 adalah kami dapat bekerja di mana pun kami mau.
Bagi banyak di antara kami, hal ini berarti bekerja di rumah yang kami jadikan kantor. Namun, kami juga benar-benar memilih dan membuat peraturan tentang siapa yang dapat mendekati sudut kerja kami dan kapan. Entah itu sudut ruangan atau ruang khusus untuk bekerja, sudut kerja ini adalah tempat kami meletakkan komputer, printer, dan buku referensi.
Untuk pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi penuh, sudut kerja seperti itu sangatlah penting.
Penerjemah lain mungkin lebih suka menyewa sebuah kantor untuk membedakan antara tempat kerja dan rumah atau memilih untuk bekerja di tempat kerja bersama (co-working space) agar dapat mengenal lebih banyak orang dan memiliki kesempatan untuk berjejaring lebih banyak.
Di mana pun tempat kerja yang kami pilih, teknologi saat ini memungkinkan kami untuk dapat memilih bekerja di kafe setempat atau di taman. Lalu, ada juga penerjemah yang menjadi digital nomad, berpindah dari satu negara ke negara lainnya sambil bekerja dan menjaga hubungan baik dengan klien.
Banyak yang memilih profesi ini karena merasakan kebebasan yang menyenangkan.
Yang diperlukan oleh para penerjemah hanyalah seperangkat komputer, akses Internet, dan pikiran kami yang tajam.
Dari dan Untuk Semua
Jadi, untuk siapa kami bekerja? Hampir semua orang berpotensi menjadi klien, mulai dari pemerintah, LSM internasional, perusahaan, akademisi, museum, peneliti, departemen pemasaran, laboratorium, dan perusahaan gim hingga beberapa klien perseorangan yang ingin sertifikat imigrasi atau hasil karyanya diterjemahkan.
Klien-klien kami memiliki sebuah produk atau layanan untuk dijual, pesan untuk dikomunikasikan, atau sebuah prosedur untuk dipenuhi. Mereka membutuhkan semua itu diterjemahkan ke dalam bahasa asing.
Terlebih lagi, para klien tersebut sadar bahwa seorang penerjemah profesional memiliki kemampuan bahasa dan kompetensi menerjemahkan yang baik, mampu memoles kata dan kalimat menjadi enak dibaca, sudah biasa menerjemahkan, dan yang paling penting adalah menghasilkan terjemahan berkualitas tinggi, yang jika disandingkan dengan hasil terjemahan yang ditawarkan oleh Google Translate atau mesin penerjemahan lainnya kontras bedanya.
Para klien menemukan kami melalui pencarian secara daring, entah itu di platform atau di situs web kami, melalui media sosial, promosi mulut ke mulut, atau melalui rekomendasi pribadi.
Ada jutaan klien yang sudah memakai jasa para penerjemah di seluruh dunia dan ada miliaran kata yang telah kami hasilkan.
Dari dan untuk semua, melalui kami para penerjemah.
Hakikat Profesi Penerjemah
Ada satu pertanyaan sederhana tetapi penting yang kami harap dapat membantu Anda memahami profesi penerjemah, yaitu: Apa alasan kami memilih profesi penerjemah?
Jawabannya sangat banyak, sebanyak penerjemah yang ada.
Sebagian penerjemah berpandangan bahwa lewat menerjemahkan, kami dapat menjadi jembatan penghubung antar bahasa dan budaya. Kami diberikan kesempatan untuk mengubah dunia, selangkah demi selangkah dan satu kalimat demi satu kalimat.
Sebagian lain merasa bahwa menerjemahkan adalah suatu aktivitas mengasyikkan berbonus uang.
Penerjemah lain berpendapat bahwa menerjemahkan adalah suatu pekerjaan untuk menghasilkan uang dan mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Namun, hampir semua penerjemah senang dapat memperoleh penghasilan dengan memanfaatkan bakat berbahasa dan berkata-kata yang kami miliki, sambil melakukan pekerjaan yang beragam, mengalami berbagai kejadian menarik, dan mempelajari hal-hal baru setiap harinya.
Jadi, Anda sekarang dapat berpikir dan memutuskan yang mana mitos dan yang mana fakta tentang penerjemah. Jika Anda sekarang merasa tercerahkan, maka tugas kami terselesaikan!
Ditulis oleh
Andrew Morris | Nathalie G. Reis | Tanya R. Quintieri | Norhan Mohamed | Cristina Tormen | Kay-Viktor Stegemann | Suzie Withers | Kornelia Schneider | Retno W Munro | Silvia Benetollo | Miray Filiz | Lilit Khiat | Kornelia Robertson | Patricia Fierro | Valery Naumova | Edel Ring | Cathy Rosamond | Anikó Pető-Mordovski | Gordana Petrovska | Susanne Koll | Lucía LO | Isabelle Meschi | Tsugumi Kozuma | Richard Mort | Ilse Heyrmann
Translations
عربى / Bahasa Indonesia / български / Català / Deutsch / ελληνική / English / Español / فارسی / Français / Hrvatski / हिंदी / Italiano / Lietuvių / Magyar / македонски / Nederlands / Polski / Português (PT) / Română / русский / Shqip / ไทย / Türkçe / 中文简体 / 中文繁體
Serving the world's largest community of translators, ProZ.com delivers a comprehensive network of essential services, resources and experiences that enhance the lives of its members and helps them fulfill their potential. Click here to visit ProZ.com.